PEKANBARU, TRIBUN - Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup, sejumlah pecinta alam se-Riau melakukan aksi damai di bundaran depan kanto Gubernur Riau, Minggu ( 5/6 ). sambil membawa baliho besar yang berisi kecaman terhadap upaya pelestarian hutan, puluhan anggota pecinta alam ini juga melakukan orasi lingkungan dan aksi teatrikal.
Aksi yang dimulai pada pukul 10.00 diawali dengan orasi lingkungan oleh Mapala Universitas Islam Riau ( UIR ). Menurutnya, semakin hari, kondisi alam semakin buruk. Seluruh elemen masyarakat harus ambil bagian dalam upaya menyelamatkan alam dari kerusakan yang dapat merugikan bagi manusia.
selain orasi tentang lingkungan, anggota pecinta alam dari mapala UIR, Mapalindup Universitas Riau, Mapala Laksmana Bengkalis, dan pecinta alam lainnya juga membagikan-bagikan bibit pohon kepada warga yang melintas di Jalan Sudirman.
Koordinator aksi, Muhammad Syahril menyatakan, pembagian bibit merupakan langkah nyata dari upaya pelestarian lingkungan. Bagi siapa saja yang menerima bibit pohon, ia berharap akan segera menanamnya untuk menunjukkan sikap pro aktif masyarakat terhadap upaya pelestarian alam.
selain masyarakat ikut berperan aktif, mahasiswa yang akrab di sapa Ayay menambahkan, peran pemerintah dalam pelestarian alam sangat penting. sebagai pemegang kebijakan, pemerintah seharusnya berani melakukan tindakan tegas terhadap perusak keseimbangan alam.
Aksi teatrikal yang diperankan sembilan anggota pecinta alam turut menghiasi aksi damai tersebut. Dalam aksi itu para pecinta alam melumuri tubuh mereka dengan cat warna hitam yang menyimbolkan hangusnya hutan di Riau.
Dirut Wahana Lingkungan Hidup ( WALHI ), Hariansyah Usman yang hadir dalam kegiatan itu sependapat bahwa pemerintah harus berani melakukan langkah konkrit. Khusus di Riau, ia mencontohkan tentang kerusakan sektor kehutanan, sehingga Riau merupakan daerah penyumbang emisi karbon terbesar di Indonesia. "Pemerintah harus berani berkata tidak untuk melanjutkan kebijakan yang bersifat merusak," ujarnya.
Pada peringatan hari lingkungan hidup ini, Hariansyah mempertanyakan tentang moratorium yang baru dilaksanakan di Riau pada tahun depan. Melihat tingkat kerusakannya, seharusnya moratorium dilaksanakan segera. Ia mencurigai ada kepentingan bisnis akan hal itu. Di Riau, terdapat dua perusahaan besar yang masih mengandalkan kayu alam untuk menunjang produksinya. sementara perusahaan tersebut, menurutnya baru akan menerapkan kebijakan tidak lagi menggunakan kayu alam padaa tahun 2013 mendatang.
Hariansyah khwatir akan komitmen dari dua perusahaan itu tidak menepati komitmennya. Karena sebelumnya, mereka juga menyepakati tidak akan menggunakan kayu alam pada 2009. Tapi nyatanya hingga saat ini, perusahaan itu masih terus menggunakan kayu alam. "Hal itu bisa terjadi karena tidak adanya sangsi yang bisa diberikan, jika ternyata komitmen tersebut tidak terealisasi," katanya.
Ia menambahkan, jika pemerintah tidak mencegah laju kerusakan alam, maka target penurunan emisi sebesar 26 persen tidak akan tercapai. Dalam hal ini ia juga mempertanyakan komitmen SBY sebagai pemegang kebijakan tertinggi. Menurutnya, jika tidak ada langkah kongkrit untuk menghentikan kerusakan alam, apa yang dilakukan SBY selama ini hanyalah akal-akalannya saja untuk mendapatkan bantuan asing dengan tameng pelestarian alam. ( cr11 )