Jumat, 06 Mei 2011

Walhi Sesalkan Penghargaan UNESCO

Jum'at, 14 Mei 2010
PEKANBARU (Lampost): Pegiat lingkungan menilai UNESCO--Badan PBB untuk pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan--terlalu gegabah memilih Rusli Zainal sebagai penerima penghargaan lingkungan. Sebab, Gubernur Riau itu sangat tidak layak diapresiasi dengan pengakuan internasional.
"Karena selama dua periode memimpin, Rusli tak pernah memperhatikan bencana ekologis dan eksploitasi kehutanan yang menimpa Riau," kata Direktur Eksekutif Walhi Riau, Hariansyah Usman, di Pekanbaru, kemarin (13-5).
Dia menyebutkan saat ini kondisi kerusakan Riau termasuk yang paling parah ketimbang provinsi lain. Akibatnya kawasan tersebut rutin dihinggapi bencana banjir dan kabut asap. "Ditambah lagi praktek pembalakan liar yang terus berlangsung," ujar Hariansyah.
Ia menambahkan kini sudah tiga kepala dinas Riau tersangkut kasus korupsi kehutanan dan pembalakan liar yang masih ditangani KPK dan Satgas Mafia Hukum. Sementara Rusli Zainal diperiksa sebagai saksi.
Adapun anugerah penghargaan lingkungan yang rencananya akan diserahkan pada 1 Juni 2010 mendatang di Paris, Prancis, menurut Hariansyah tidak sepatutnya diberikan kepada gubernur. Jika dasar pemberian adalah keberadaan dibukanya cagar biosfer seluas 178.722 hektare di Giam Siak Kecil dan Bukit Batu, Rusli Zainal tak pantas memperoleh kredit.
Cagar tersebut ada, kata Hariansyah, atas inisiasi dan usulan dari PT Sinar Mas Forestry. Perusahaan HTI tersebut mengalokasikan sebagian lahan konsensinya di dua kabupaten, yakni Siak dan Bengkalis, untuk pembentukan cagar biosfer.
"Cagar biosfer itu hasil kompromi karena pada saat yang sama, di tahun 2009 ketika insiasi Sinarmas untuk cagar itu, diberikan juga izin rencana kerja tahunan baru bagi penebangan hutan alam di Riau kepada perusahaan kayu. Itulah yang harus ditanyakan," kata Afdhal Mahyuddin, editor Eyes on The Forest (EoF).
Menurut investigasi EoF--yang merupakan koalisi lembaga swadaya masyarakat peduli lingkungan terdiri dari Jikalahari, Walhi Riau, dan WWF-Indonesia--saat ini masih terjadi praktek pembalakan di sekitar cagar biosfer. "Tapi gubernur hanya diam saja, tidak mengambil sikap, padahal puluhan ribu warga juga sudah menyatakan penentangan," kata Afdhal. (MI/U-3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar